Kurikulum sekolah di Iran mengandung materi yang mengajarkan kebencian terhadap Israel dan Amerika Serikat. Buku teks menggambarkan slot Israel sebagai entitas yang harus “dihapuskan”, sementara AS disebut sebagai “musuh”. Materi ajar ini menekankan pentingnya jihad dan hegemoni Iran di kawasan Timur Tengah, serta mendiskreditkan nilai-nilai pluralisme dan toleransi.

Baca juga: Fakta Mengejutkan Tentang Pendidikan di Kawasan Konflik yang Jarang Diketahui

Dampak pada Pendidikan di Wilayah Konflik

Di wilayah yang terdampak langsung oleh konflik, seperti Gaza, kurikulum sekolah sering kali dipenuhi dengan materi yang memuliakan kekerasan dan kebencian. Beberapa buku teks menggambarkan serangan terhadap Israel sebagai tindakan heroik dan mempromosikan konsep jihad serta martir. Hal ini menciptakan generasi muda yang terpapar radikalisasi sejak dini, menghambat upaya perdamaian dan rekonsiliasi di masa depan.

Upaya Reformasi dan Tantangan

Beberapa negara di kawasan, seperti Mesir, telah melakukan reformasi kurikulum untuk menghapus konten antisemitik dan ekstremis, serta menekankan pentingnya perdamaian dan toleransi. Namun, di negara-negara seperti Iran dan Palestina, perubahan semacam itu masih terbatas, dan kurikulum tetap mencerminkan ideologi yang mendukung konflik.

Implikasi Jangka Panjang

Pendidikan yang dipenuhi dengan kebencian dan radikalisasi tidak hanya merusak individu, tetapi juga memperpanjang siklus kekerasan dan konflik. Generasi muda yang terpapar materi semacam ini berisiko menjadi agen konflik di masa depan, menghambat upaya perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.

Penting untuk menyadari bahwa reformasi pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan pluralisme sangat diperlukan agar masa depan kawasan ini lebih stabil dan harmonis.